Artikel Manajemen Hidup Sehat
"Wakai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar." (Al Baqarah:153)
Kita sering mendengar
ungkapan hadist Nabi:
"Kebersihan
sebagian dari iman."
Kebersihan
meliputi makanan, minuman, tempat tinggal, dsb. Ditinjau dari aspek kesehatan,
tentu jelas bahwa kebersihan juga bagian dari kesehatan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa menjaga kesehatan termasuk sebagian dari iman. Orang yang
beriman sudah seharusnya berpola hidup sehat.
Pola hidup
sehat juga merupakan implementasi dari syukur kepada Allah SWT. Orang yang
bersyukur adalah orang yang menjaga nikmat dan menggunakannnya dengan baik.
Kesehatan termasuk nikmat Allah SWT yang harus disyukuri. Menurut ilmu
kesehatan Islam, jika ingin hidup sehat, kita harus bisa menjaga pikiran agar
tetap tenang, emosi tetap stabil, kerja dan istirahat teratur makanan/minuman
yang halal lagi thoyyib, juga lingkungan yang sehat dan menyenangkan. Orang
yang tidak stabil emosinya (misalnya mudah marah dan tersinggung, terburu-buru,
sedih, kuatir, egois) lebih mudah terserang penyakit, karena daya iman tubuhnya
melemah. Solusi atas penyakit emosi (bagian dari sistem kerja saraf otak)
adalah "Tenangkan pikiran". Caranya dengan sholat 5 (lima) waktu, beserta
shalat sunnahnya, tetap sabar sembari menyadari bahwa semua yang ada (termasuk
jiwa kita) adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Semua yang ada
pada diri kita (kita biasa mengatakan milik kita) hakekatnya adalah milik Allah
yang dititipkan (diamanahkan) kepada kita. Suatu saat akan hilang, kembali kepada-Nya.
Perasaan "tidak memiliki" ini penting, karena apabila orang tidak
memiliki tentu tidak akan kehilangan. Orang yang stress ketika kehilangan
sesuatu yang berharga terjadi karena merasa memiliki, sehingga merasa
kehilangan. Jadi, apabila kita ditimpa musibah, kita harus menyadari bahwa:
1. Apabila
musibah itu disebabkan oleh kelalaian/kecerobohan kita, maka kita harus introspeksi,
bertaubat untuk tidak mengulangi, sikap tetap sabar dan tenang. Jangan larut
kedalam kesedihan, jangan mengeluh kecuali kepada Allah dengan berdo'a, memohon
kebaikan dan kemudahan. Karena apabila kita sedih dan mengeluh akan mendatangkan
musibah yang kedua, berupa menurunnya kesehatan kita. Orang bilang makan: “Tidak
enak, tidur tidak nyenyak" Begitulah pentingnya sabar, membuat emosi tetap
stabil, pikiran tetap tenang.
2. Apabila
musibah itu disebabkan oleh perbuatan orang lain, maka kita juga harus sabar,
tidak memaki atau mengumpat kepada orang tersebut. Justru kita harus kasihan
kepadanya dengan menasehatinya agar lain waktu tidak mengulangi perbuatannya.
Jika perlu diselesaikan melalui jalur hukum demi tegaknya supremasi hukum
sehingga mencegah dan meminimalkan tindakan merugikan/menganiaya orang lain.
Pada kasus
calon jama'ah haji Indonesia yang tertunda (gagal berangkat) sebanyak 30 ribu
jama'ah itu, maka sikap kita yang tidak ditimpa musibah, adalah berempati terhadap
mereka dan meringankan bebannya. Namun, apabila musibah itu justru menimpa diri
kita, ingat "Kita harus tabah, sabar, tenang, tidak perlu memaki/mengumpat
siapa-siapa, bila perlu melakukan tindakan preventif, sehingga di kemudian hari
tidak terulang lagi dengan kasus yang serupa. Misalnya dengan menata kembali
manajemen urusan haji, termasuk pemberian kewenangan yang terlalu besar kepada
Menteri Agama, sehingga mengakibatkan "kecerobohan" yaitu menjanjikan
memberi kuota tambahan yang sesungguhnya tidak dimilikinya."
Marilah kita mengambil pelajaran (hikmah) dari setiap musibah yang menimpa
kita atau orang lain. Dengan sabar dan syukur kita akan hidup sehat.
Rasullullah saw bersabda:
“Sebaik-baik kamu adalah
orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”.
Menjaga kesehatan termasuk upaya memperpanjang umur.
0 Response to "Artikel Manajemen Hidup Sehat"
Posting Komentar